Contoh Teks Pidato Bahasa Arab Tentang Ibu

Pidato bahasa arab tentang ibuibu adalah manusia mulia yang memiliki banyak jasa bagi seorang anak, dialah yang melahirkan, menyayangi, membesarkan dan mengasuh seorang manusia sampai ia besar dan dewasa.
Contoh Teks Pidato Bahasa Arab Tentang Ibu

Kewajiban setiap insan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, apalagi ibunya yang mempunyai begitu banyak jasa dan utang budi atas setiap anak.

Topik pidato bahasa arab tentang ibu akan kami bawakan untuk anda semua pengunjung blog bahasa arab yang budiman semuanya, jadi silahkan anda simak baik-baik dan dipelajari siapa tahu bermanfaat buat anda saat diminta pidato dengan menggunakan bahasa arab.

Baca Juga :
Teks pidato bahasa arab tentang tema ibu dan jasa-jasa ibu ini sudah kami lengkapi dengan cara baca dan artinya.
الْبِرُّ بِالْأُمِّ -عِبَادَ اللَّهِ- مَفْخَرَةُ الرِّجَالِ، وَشِيمَةُ الشُّرَفَاءِ، وَقَبْلَ ذَلِكَ كُلِّهِ: هُوَ خُلُقٌ مِنْ خُلُقِ الْأَنْبِيَاءِ؛ قَالَ تَعَالَى عَنْ يَحْيَى -عَلَيْهِ السَّلَامُ "-:  وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا  [مريم: 14] وَقَالَ عِيسَى -عَلَيْهِ السَّلَامُ-:  وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا  [مريم: 32].
Al-birru bil ummi - ibadalloh - mafkharatur rijal, wa syimatus syurafa’i, wa qabla dzalika kullihi : huwa khuluqun min khuluqil anbiya’, qola ta’ala an Yahya - alaihis salaam - : wa barram bi walidayhi wa lam yakun jabbaran ashiyya ( QS Maryam : 14 ), wa qola Isa - alaihis salaam - : Wa barram bi waalidati walam yaz’alni jabbaran syaqiyya (Q S Maryam 32 ).
Berbakti kepada ibu - wahai hamba Allah - merupakan kebanggan laki-laki dan merupakan sifat orang-orang yang mulia, bahkan berbakti kepada ibu merupakan salah satu akhlak para nabi, Allah berfirman tentang nabi Yahya : “Dan aku diperintah untuk berbakti kepada ibu bapakku dan aku tidak dijadikan manusia yang sombong dan bermaksiat. (QS : Maryam : 14). Dan nabi Isa -alaihis salam- berkata : Dan aku diperintah untuk berbakti kepada ibundaku dan Allah tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka. (QS : Maryam : 32).
 الْبِرُّ بِالْأُمِّ يَتَأَكَّدُ يَوْمَ يَتَأَكَّدُ إِذَا تَقَضَّى شَبَابُهَا، وَعَلَا مَشِيبُهَا، وَرَقَّ عَظْمُهَا، وَاحْدَوْدَبَ ظَهْرُهَا، وَارْتَعَشَتْ أَطْرَافُهَا، وَزَارَتْهَا أَسْقَامُهَا، فِي هَذِهِ الْحَالِ مِنَ الْعُمُرِ لَا تَنْتَظِرُ صَاحِبَةُ الْمَعْرُوفِ وَالْجَمِيلِ مِنْ وَلَدِهَا إِلَّا قَلْبًا رَحِيمًا، وَلِسَانًا رَقِيقًا، وَيَدًا حَانِيَةً.
Al-birru bil ummi yata’akkadu yauma yata’akkadu idza taqassa syababuha, wa alaa masyibuha, wa raqqa adhmuha, wah daudaba dzahruha, war ta’asyat athrafuha, wa zaaratha asqomuha, fi hadzihil hal minal umri la tantadziru sahibatul ma’ruuf wal jamiil min waladiha illa qalban rahiman, wa lisanan raqiqan, wa yadan haniyatan.
Berbakti kepada ibu sangat ditekankan saat sang ibu sudah tua dan ubannya sudah mulai muncul, tulangnya sudah mulai lemah, punggungnya sudah mulai lemas, anggota badannya sudah menua, penyakit sudah mulai menghinggapinya, pada umur seperti ini sang ibu tak menunggu kecuali hati yang pengasih, lisan yang lembut dan tangan yang pengasih dari sang anak.
فَطُوبَى لِمَنْ أَحْسَنَ إِلَى أُمِّهِ فِي كِبَرِهَا! طُوبَى لِمَنْ شَمَّرَ عَنْ سَاعِدِ الْجِدِّ فِي رِضَاهَا؛ فَلَمْ تَخْرُجْ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا وَهِيَ عَنْهُ رَاضِيَةٌ مَرْضِيَّةٌ. يَا أَيُّهَا الْبَارُّ بِأُمِّهِ -وَكُلُّنَا نَطْمَعُ أَنْ نَكُونَ ذَاكَ الرَّجُلَ-: تَمَثَّلْ قَوْلَ الْمَوْلَى -جَلَّ جَلَالُهُ: ﴿ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ ﴾ [الإسراء: 24]
Fa tuba liman ahsana ila ummihi fi kibariha! tuba liman syammara an sa’idil jiddi fi ridhaha, falam takhruj minad dunya ill wa hiya anhu radiatun mardiyyatun, ya ayyuhal baarru bi ummihi - wa kulluna nathma’u an nakuna dzakar rajulu - : tamatssal qaulal maula - jalla jalaluhu -: “wakhfid lahuma janahadz dzulli minar rahmah.”
Maka beruntunglah bagi mereka yang berbuat baik dan berbakti kepada ibunya saat sang ibu sudah menua, beruntunglah bagi anak yang berusaha sekuat tenaga meraih keridhaan sang ibu, sehingga tidaklah sang ibu meninggal dunia melainkan ia ridha kepada anaknya, wahai orang yang berbakti kepada ibunya - dan semua kita berharap menjadi anak yang berbakti kepada ibunya - engkau harus senantiasa mengingat firman Allah : “Dan rendah dirilah di hadapan mereka berdua ( ibu bapak ) karena kasih sayang.”
تَخَلَّقْ بِالذُّلِّ بَيْنَ يَدَيْهَا بِقَوْلِكَ وَفِعْلِكَ، لَا تناديها بِاسْمِهَا؛ بَلْ نَادِهَا بِلَفْظِ الْأُمِّ؛ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى قَلْبِهَا، لَا تَجْلِسْ قَبْلَهَا، وَلَا تَمْشِ أَمَامَهَا، قَابِلْهَا بِوَجْهٍ طَلْقٍ، وَابْتِسَامَةٍ وَبَشَاشَةٍ.
Takhallaq bi zzulli baina yadaiha bi qaulika wa fi’lika, la tunadiha bis miha, bal naadiha bilafdzil ummi, fa huwa ahabbu ila qolbiha, la tajlis qoblaha, wa la tamsyi amamaha, qabilha bi wajhin talqin, wab tisamatin wa basyasyatin.
Bersikaplah rendah hati di depan sang bunda dengan ucapan dan perbuatanmu, jangan kau panggil ibumu dengan menyebut nama aslinya, akan tetapi panggillah ia dengan panggilan : ummi (ibundaku), panggilan itu jauh lebih ia cintai, jangan berjalan di depannya, bertemulah dengannya selalu dengan wajah yang senyum, hadirkan senyuman dan kegembiraan.
تَشَرَّفْ بِخِدْمَتِهَا، وَتَحَسَّسْ حَاجَاتِهَا، إِنْ طَلَبْتَ فَبَادِرْ أَمْرَهَا، وَإِنْ سَقِمَتْ فَقُمْ عِنْدَ رَأْسِهَا، أَبْهِجْ خَاطِرَهَا بِكَثْرَةِ الدُّعَاءِ لَهَا، لَا تَفْتَأُ أَنْ تُدْخِلَ السُّرُورَ عَلَى قَلْبِهَا؛ قَدِّمْ لَهَا الْهَدِيَّةَ، وَزُفَّ إِلَيْهَا الْبَشَائِرَ، وإن كنت بعيداً عنها أكثر من الاتصال بها وأبلغها بشوقك إلى لقياها، ولا ترفع صوتك عليها وأنت تخاطبها.
Tasyarraf bi khidmatiha, wa tahassas hajaatiha, in tulibta fa baadir amraha, wa in saqimat fa qum inda ra’siha, abhij khatiraha bi katsratid du’ai laha, la tafta’ an tudkhilas surura ala qolbiha, qaddim lahal hadiyyah, wa zuffa ilaihal basya’ir, wa in kunta ba’idan anha aktsir minal ittisal biha wa abligha bi syauqika ila luqyaha, wa la tarfa’ sautaka alaiha wa anta tukhatibuha.
Berbanggalah saat engkau bisa memenuhi kebutuhannya, cari tahu apa kebutuhannya, jika ia meminta sesuatu maka segeralah memnuhi permintaannya itu, apabila ia sakit maka segeralah berada di dekat kepalanya, bahagiakan perasaannya dengan memperbanyak doa untuknya, jangan bosan untuk membahagiakannya, berikan dia hadiah, kasi dia kabar gembira, jika engkau jauh darinya maka sering-seringlah menelponnya dan sampaikan kerinduanmu kepadanya dan jangan sekali- kali engkau mengangkat suara saat berbicara dengannya.
أبو هريرة نادته أمه يوماً: يا أبا هريرة، فقال بصوت عالٍ من غير قصد: لبيك، فتذكر أن صوته أرفع من صوت أمه فقال أستغفر الله، رفعت صوتي على أمي، فذهب إلى السوق واشترى عبدين وأعتقهما كفارة لذلك، هؤلاء هم السلف الصالح عرفوا معاني البر، فبروا آباءهم، إنها الأم الغالية:
Abu Hurairah naadathu ummuhu yauman : ya aba hurairah, fa qola bisautin aalin min gairi qasdin, fa tadzakkara anna sautahu arfa’ min sauti ummihi, fa qola : astagfirulloh, rafa’tu sauti ala ummi, fa dzahaba ilas suqi wasy tara abdaini wa a’taqahuma kaffaratan li dzalika, haula’i humus salafus salih : arafu ma’aniyal birri, fa barru aba’ahum innahal ummul ghaliyah.
Pernah Abu Hurairah dipanggil oleh ibunya seraya memanggil : wahai Abu Hurairah, lalu Abu Hurairah menjawab dengan suara agak lantang tanpa disengaja, lalu iapun mengingat bahwa suara yang ia keluarkan untuk menjawab panggilan sang ibu cukup lantang, lantas ia berkata : astagfirullah aku telah mengangkat suara di hadapan ibuku. Maka iapun pergi ke pasar lalu memberi dua budak dan memerdekakan keduanya sebagai kaffarah (penghapus dosa) untuk kesalahan yang ia lakukan (berupa mengangkat suara kepada sang ibu).
Mereka itulah fara penahulu kita yang baik : mereka mengetahui akan makna berbakti kepada kedua orang tua, maka merekapun berbakti kepada orang tua mereka, begitu berharganya ibu kita.


Demikian sahabat semua tentang pidato bahasa arab tentang ibu yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini.