Infeksi Malaria Kini Semakin Kebal Terhadap Obat

Malaria adalah sejenis penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Secara jelas, penyakit ini memang menular melalui gigitan nyamuk yang sering dsebut Anopheles. Parasit plasmodium yang dibawa nyamuk ini kemudian akan menyebar melalui peredaran darah dan pada akhir yang menakutkan akan menyebabkan kematian pada korbannya. Menurut survey, dalam setiap 30 detiknya, ada satu orang anak yang terbunuh akibat malaria.

Pertumbuhan dan perkembangan malaria kemudian semakin rumit karena terjadi berbagai mutasi akibat perubahan kondisi alam dan lain-lain. Sehingga pada hari ini, sudah semakin banyak malaria yang ternyata tidak bersifat lemah terhadap obat-obatan. Penyakit ini semakin kebal sehingga menjadikan penyebarannya semakin kuat tetapi pemusnahannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan alat yang lebih canggih.
Nyamuk malaria

Infeksi Malaria yang Kebal Terhadap Obat Menyebar di Asia Tenggara
Penyebaran penyakit malaria ternyata sudah semakin nyata. Sebuah pemberitaan di London baru-baru ini menyebutkan bahwa penyakit malaria kini menyerang daerah Myanmar dan akan semakin meluas ke wilayah India. Peluang tidak ada obatnya untuk malaria karena kekebalan yang dimiliki penyakit ini bisa jadi terulang kembali sehingga mengakibatkan korban yang banyak tanpa pengobatan yang berarti.

Pada umumnya penyakit malaria ini bisa diatasi dengan artemisinin sehingga infeksi akan melemah dan tidak akan menyebar semakin luas. Akan tetapi karena kondisi lingkungan dan pengaruh perubahan, penyakit ini kemudian menjadi kebal terhadap obat artemisinin sehingga akan mengancam semua orang yang ada di dunia ini. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa meskipun telah dilakukan usaha memusnahkan penyakit ini secara global, akan ada ancaman yang lebih berat jika malaria jenis baru kemudian berkembang dan menyebar.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuah tim berketua Woodrow yang mempublikasikan hasil penelitian tersebut di Jurnal The Lancet Infectious Diseases, disebutkan bahwa sekitar 40% dari sampel yang mereka kumpulkan, yaitu sekitar 40% dari 940 sampel parasit malaria dari 55 wilayah, telah mengalami perkembangan dan mutasi yang terjadi pada gennya. Hal ini mengakibatkan malaria akan kebal dan tidak lemah terhadap obat artemisinin. Tentu saja ini akan mengakibatkan sulitnya penanganan penyakit menular ini jika benar-benar telah mewabah.

Kejadian pada waktu dulu juga menggambarkan bahaimana penyakit malaria ini berkembang dan terus mengalami mutasi sehingga semakin kebal terhadap obat-obat yang dijuruskan kepada mereka sebagai alat pemusnah. Tahun 1950 sampai dengan tahun 1970 penyakit ini menyebar dari benua Asia hingga benua Afrika. Para ahli medis mengobatinya dengan chloroquine. Namuan ternyata penyakit ini membangun kekebalan yang ampuh sehingga tidak mempan diobati dengan chloroquine. Pada akhirnya para medis mengganti pengobatan dengan menggunakan sulphadoxine – pyrimethamine (SP).

Tidak berhenti, penyakit ini kemudian membangun kekebalan terhadap sulphadoxine hingga akhirnya mewabah kembali di Kamboja dan ratusan orang meninggal akibat wabah ini. Sampai sekarang, pengobatan terhadap penyakit berbahaya ini masih terus ditingkatkan karena memang tidak menutup kemungkinan infeksi malaria kemudian melakukan mutasi kembali sehingga mampu bertahan dan tetap hidup meskipun sudah diberikan pengobatan atau sudah diatasi dengan obat anti malaria.

Untuk itu, sebaiknya masyarakat lebih waspada dan lebih berhati-hati untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dari lingkungan sekitar karena nyamuk tentu akan berkembang di darah yang lembab dan banyak genangan. Nyamuk-nyamuk ini jika sudah terinfeksi dan menyebarkan parasitnya melalui gigitan dalam peredaran darah Anda, maka Anda sudah positif terjangkit malaria.

Malaria memang semakin berbahaya tetapi semua orang harus tetap optimis dan memahami bahwa medis akan segera menemukan penanganan bagi jenis baru penyakit ini sehingga akan dengan mudah dimusnahkan tanpa harus jatuh korban terlebih dahulu.